"Makassar Kota Dunia Yang Krisis Air", Warga Desak Pemkot Makassar Dan PDAM Dalam Diseminasi Riset WALHI SulSel

Daftar Isi

RNN.com, Makassar  "Makassar Kota Dunia Yang Krisis Air", itulah judul buku yang diluncurkan dari hasil riset. Kali ini Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan (Sulsel) beberapa waktu lalu menggelar Diseminasi dari hasil riset, bertempat di Aula Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar, Kamis 03/10/2024.

Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh sejumlah pihak, diantaranya perwakilan warga dari tiga kelurahan (Buloa, Tallo, dan Kaluku Bodoa), Dinas PU Kota Makassar, PDAM Kota Makassar, Sekretaris Camat Tallo, Direktur Pusat Kajian dan Rekayasa Sumber Daya Air UNHAS, dan beberapa jaringan organisasi masyarakat sipil di Kota Makassar.

Dalam pemaparan perwakilan tim riset WALHI Sulawesi Selatan, ialah testimoni para warga terdampak krisis air bersih yang ada di Kelurahan Buloa, Tallo, dan Kaluku Bodoa.

Pada testimoni pertama disampaikan oleh Ida perwakilan dari Perempuan Buloa yang menjelaskan bahwa kami sudah tinggal di Buloa sudah lebih 20 tahun, tapi tidak pernah dilirik oleh pemerintah untuk diberikan air bersih, padahal jika ada pemilihan, warga kami selalu dijanji-janji soal air bersih.

"Tapi sampai sekarang saya sudah punya cucu, kami masih kesulitan air bersih. Jadi jalan satu-satunya itu yah beli air. Makanya kami mau tanya PDAM kenapa kampung kami tidak dialiri air dan sudah bertahun-tahun", tutur Ida panggilan akrab.

Selanjutnya, Husnaini panggilan akrab dari Tallo yang menyampaikan, bahwa dulu memang ada air PDAM masuk di sekitar tahun 2000, tapi hanya beberapa bulan sudah tidak mengalir sampai sekarang. "Makanya kami semua berhenti berlangganan PDAM, karena bebanji dibayar baru airnya tidak mengalir. Itupun dulu jam dua subuh pi baru mengalir airnya. Kita ini Ibu-Ibu di Tallo sudah akrab sekali dengan gerobak, bahkan saya pernah dorong gerobak air sampai 1 kilo jauhnya", ungkap Husnaini.

Wana yang merupakan perwakilan dari Kelurahan Kaluku Bodoa juga mengutarakan hal serupa dengan menyatakan, bahwa di Galangan itu ada beberapa yang pasang pipa air PDAM, tetapi hanya mengalir dua minggu saja dan Minggu selanjutnya sudah tidak lagi mengalir, tapi kami tetap bayar beban.

"Makanya kami heran dan bertanya ke pemerintah dan PDAM, kenapa cuman wilayah kami saja yang tidak dialiri air. Itu ji kami senang kalau hujan, karena bagus lagi air bor, tapi kalau kemarau, biar air bor jelek juga kualitasnya. Pak, Ingat kami ini masih warga Makassar", tegas Wana dengan berharap perhatian Pemkot Makassar.

Dalam diseminasi ini, pihak PDAM Kota Makassar dihadiri langsung oleh Asdar Ali selaku Direktur Teknik yang mencoba menjawab keluhan dan tuntutan warga Kecamatan Tallo dengan menjelaskan, bahwa masalah kita sebenarnya adalah soal ketersediaan air baku. "Tallo ini aliran airnya dari Bendungan Lekopancing yang mana per hari sudah tidak ada lagi air, karena kemarau yang panjang. Jadi sekali lagi, kami ini hanya mengolah air baku menjadi air bersih", ungkap Asdar Ali.

Pernyataan Asdar Ali tersebut dikonfirmasi ulang oleh Direktur Pusat Studi Kajian dan Rekayasa Sumber Daya Air UNHAS, Rita Lopa, yang menjelaskan bahwa seharusnya PDAM bisa melakukan yang namanya interkoneksi untuk mensubsidi air dari wilayah lain ke wilayah Utara Kota Makassar.

Pada akhirnya, dikesempatan yang sama Direktur Eksekutif WALHI Sulawesi Selatan, yakni Muhammad Al Amin menegaskan bahwa air itu merupakan hak asasi yang mana sudah menjadi tanggung jawab negara dalam pemenuhan. "Kita sudah bayar pajak, jadi pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak atas air dan penghidupan yang layak bagi warganya", tegas Amin.


( Rahmat )